Kata pengantar
Bismillahirrahmani rahim.
Segala puja dan puji bagi Allah SWT, atas karunia dan inayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tulisan ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah bagi baginda panutan alam nabi Muhammad saw, juga bagi keluarganya, para sahabat dan kita semua, muslimin dan muslimat, semoga mendapat syafaatnya di akhir nanti.
Makalah yang berjudul “Pendekatan Sosiologi Pada Tari Pakenta-kenta”, disusun sebagai nilai ujian semester matakuliah sastra daerah. Dalam makalah ini penulis mendiskripsikan tentang perlengkapan, gerakan dan makna yang terkadung dalam gerakan tari tersebut serta hubungan tarian tersebut dengan keadaan masyarakat setempat (wakatobi). Harapan penulis, kiranya makalah ini sesuai dengan harapan dosen pada mata kuliah yang dimaksud.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama ibu tercinta dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kendari, 5 oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul
Daftar Isi i
Kata pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Masalah 1
C. Tujuan 1
D. Manfaat 2
BAB II TEORI 3
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Sejarah Tari Pakenta-kenta 4
B. Pengertian Tari Pakenta-kenta 4
C. Gerakan dan Perlengkapan pada Tari Pakenta-kenta 4
D. Analisis 5
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 7
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek. Tujuan pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itu, pendekatan lebih dekat dengan bidang studi lain.
Pendekatan perlu dikemukakan secara agak luas dengan pertimbangan bahwa pendekatan mengimplementasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu. Dalam pendekatan terkandung manfaat penelitian yang akan diharapkan, baik secara teoritis maupun praktis, baik terhadap penelitian secara individu maupun masyarakat pada umumnya. Dalam pendekatan juga terkandung kemungkinan apakah penelitiandapat dilakukan, sehubungan dengan dana,waktu dan aplikasi berikutnya.
Pendekatan sosiologi sastra jelas berbeda dengan psikologi sastra, pendekatan ekspresif berbeda dengan pragmatik, disebabkan dari sudut mana peneliti memandangnya, kendala-kendala yang akan dihadapi dalam proses penelitian, dan kemungkinan penerimaan masyarakat terhadap hasil penelitian.
Pendekatan sebagian besar, bahkan secara keseluruhan ditentukan oleh tujuan. Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan tersebut.
B. Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, bagaimanakah pendekatan sosiologi pada tari pakenta-kenta ?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu untuk mendiskripsikan tentang pendekatan sosiologi pada tari pakenta-kenta.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan makalah ini adalah:
a. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pendekatan sosiologi pada tari pakenta-kenta.
b. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pendekatan sosiologi pada tari pakenta-kenta.
BAB II
TEORI
A. Teori Tari
1. Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui gerakan sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukin,1990,2). Secara tidak langsung Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
2. Disisi lain ditambahkan oleh Lamery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
3. Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subjektif yang diberi bentuk objektif.
4. Menurut soedarsono tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah.
5. Dalam konteks yang masih sama, Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari, beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik dan gamelan, diatur oleh irama sesuai dan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat:1986,21).
6. Lebih jauh lagi ditambahakan Curtsach, bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (curtsach:1978,4).
7. Sussane K Large, menyatakan tari adalah ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu.
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. Sejarah Tari Pakenta-kenta
Menurut cerita, pada suatu saat dikala rombongan penangkap ikan kembali ke darat, parika atau ketua rombongan mereka duduk sambil memikirkan bagaimana acara menghibur anak buahnya, setelah berhari-hari mereka diamuk ombak di atas laut mencari ikan untuk kehidupannya. Maka terpikirlah ia untuk menciptakan suatu tari yang erat hubungannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Tari pakenta-kenta, diciptakan di wanci, kecamatan wangi-wangi, disekitar abad ke-16 oleh seorang parika yaitu seorang ketua rombongan atau kelompok penangkap ikan.
B. Pengertian tari Pakenta-kenta
Istilah pakenta-kenta, berasal dari bahasa daerah kaledupa di kabupaten wakatobi, terdiri atas dua kata yaitu :
1. Pa artinya penangkap ikan (nelayan)
2. Kenta-kenta artinya ikan-ikan
Pakenta-kenta berarti orang yang pekerjaannya menangkap ikan.
Isi tarian tersebut menggambarkan tradisi kehidupan sebagian masyarakat di daerah wakatobi yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Tari tersebut digelar para acara-acara kampung, adat, karia (sunatan), perkawinan, bahkan sengaja dipanggil untuk meramaikan suasana dan merupakan saran untuk saling mengenal, berinteraksi, dan beradapatasi.
Tari ini termasuk suatu sandra tari yang menggambarkan bagaimana tradisi orang wanci, kaledupa, tomia, dan binongko dalam kehidupan mereka sebagai nelayan.
C. Gerakan Dan Perlengkapan Pada Tari Pakenta-kenta
Barisan penari diandaikan sebagai sebuah perahu tumpangan yang sedang oleng. Salah seorang diantara mereka memegang sebuah mangkok yang menggambarkan tugasnya sebagai penimba air manakala perahu kemasukan air. Seorang memegang dayung dan bertingkah sebagai pengemudi perahu. Seorang memegang tombak dan berlagak sebagai penombak ikan. Sedang anak kecil yang memegang tali, diandaikan seekor ikan besar yang berhasil diperoleh. Setelah mereka berhasil mendapat ikan, merekapun naik kedarat sambil istirahat dan bergembira, sehingga gerakan mereka senantiasa menggambarkan suasana kegembiraan.
Tata susunan panarinya diatur sebagai berikut:
a. X X X X X X X X c. X
b. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Keterangan : a. penari b. Penonton c. ikan
Di dalam melakukan tari ini, terlihat adanya beberapa gerak tari yaitu :
a) Para penari melangkah masuk arena pertunjukkan dalam bentuk barisaan dan mengadakan penghormatan kepada penonton.
b) Penari-penari melompat sesekali sehingga barisan mereka kelihatan laksana gelombang yang mempermainkan perahu tumpangan mereka.
c) Ada gerakan ketiga, Nampak para penari sibuk mencari ikan. Setelah mendapatkan ikan, maka seorang penari yang paling depan menombakikan itu dan kemudian mengangkatnya kedalam perahu.
d) Gerakan terakhir, para penari bermain makanjara (melompat –lompat kegirangan sambil mengangkat tangan), karena gembira dengan hasil yang diperolehnya.
Penari-penarinya terdiri dari 16 orang pria yang mengikat kepala dengan kain, memakai ikat pinggang dari kain selendang serta memakai celana sampai di lutut.
Pengiring tari terdiri dari instrument music gendang, gong besar dua buah, dan tiga gong kecil. Sebagai alat peraga tarian . digunakan dayung, mangkok, tombak, parang dan tali.
Pertunjukkan diadakan di arena / panggung terbuka, pada sore atau malam hari dengan durasi waktu 7 menit.
D. Analisis
Dalam sosiologi tari yang dilihat adalah tari sebagai suatu sarana sosial, baik untuk interaksi, intergrasi maupun segresi. Tari dilihat lebih sebagai sarana sosial daripada sebagai penanda ataupun unsur kebudayaan. Golongan-golongan sosial, berikut status dan peranannya, diberi fokus perhatian dalam pengkaitannya atau kepentingannya dengan tari.
Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu.
Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah ada hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh:
1) Karya sastra dihasilkan oleh pengarang
2) Pengarang itu sendiri adalah masyarakat
3) Pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan
4) Hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Pendekatan sosiologis juga memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.
Pagelaran tari pakenta-kenta mampu membuat masyarakat sekitarnya saling mengenal, berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dalam tari tersebut menggambarkan keadaan masyarakat wakatobi, dimana sebagian masyarakatnya adalah nelayan.
Dalam masyarakat, tarian ini merupakan sebagai sarana hiburan dan mudah dipahami maknanya, sebab merupakan bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.
Tari pakenta-kenta dibuat oleh seorang parika yaitu seorang ketua rombongan atau kelompok penangkap ikan. Parika itu adalah salah seorang warga masyarakat wanci. Dengan kekayaan alam yang terdapat di daerahnya, ia mencoba memanfaatkannya untuk dijadikan sebagai sarana untuk menghibur anak buahnya. Pada akhirnya tari pakenta-kenta bukan lagi untuk menghibur anak buah parika tersebut, namun tari tersebut sekarang ini telah digunakan untuk berbagai acara, baik pada perkawinan, karia (sunatan), acara selamatan, peringatan 17 agustus, dan acara kampung, seperti acara he’batu dan heluluta.
Pembahasan tari pakenta-kenta, bila dikaitkan dengan teori tari, sesuai dengan pendapat Suryo, Soedarsono dan soeryodiningrat. Soedarsono menyatakan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subjektif yang diberi bentuk objektif, sedangkan Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari, beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama, hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik dan gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah, dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologis dalam tari pakenta-kenta adalah
a. Pagelaran tari pakenta-kenta mampu membuat masyarakat sekitarnya saling mengenal, berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dalam tari tersebut menggambarkan keadaan masyarakat wakatobi, dimana sebagian masyarakatnya adalah nelayan.
b. Dalam masyarakat, tarian ini merupakan sebagai sarana hiburan dan mudah dipahami maknanya, sebab merupakan bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.
c. Tari pakenta-kenta dibuat oleh seorang parika yaitu seorang ketua rombongan atau kelompok penangkap ikan. Parika itu adalah salah seorang warga masyarakat wanci. Dengan kekayaan alam yang terdapat di daerahnya, ia mencoba memanfaatkannya untuk dijadikan sebagai sarana untuk menghibur anak buahnya. Pada akhirnya tari pakenta-kenta bukan lagi untuk menghibur anak buah parika tersebut, namun tari tersebut sekarang ini telah digunakan untuk berbagai acara, baik pada perkawinan, karia (sunatan), acara selamatan, peringatan 17 agustus, dan acara kampung, seperti acara he’batu dan heluluta.
B. Saran
Berdasarkan makalah tari pakenta-kenta, penulis mengharapkan agar tari tersebut dapat dilestarikan, selain sebagai sarana untuk menghibur masyarakat, tari juga sebagai alat untuk berinteraksi dan beradaptasi, dan merupakan budaya yang harus kita lestarikan sehingga dapat mencegah dari kepunahan.
DAFTAR PUSTAKA
- Mekuo, Djohan, Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Sulawesi Tenggara, Kendari : Proyek Penelitian Dan Pencatatan Daerah Sulawesi Tenggara, 1978/1979.
- Sedyawati, Edy, Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
- Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, Jakarta :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar